Hal-001
Malam itu bulan purnama.
Angin malampun bertiup semilir.
Namun suasana kademangan Gondang Winangun nanpak lengang.
Tidak nampak satu orangpun yang berada diluar. Tak satu bocahpun yang berada dihalaman depan untuk bermain seperti malam-malam purnama lainnya.Mereka lebih memilih untuk tinggal di dalam rumah, berkumpul di sentong bersama seluruh keluarga.Di dalem kademangan, nampak beberapa orang bergerombol di pos penjagaan. Beberapa orang lainnya nampak duduk-duduk di balai bambu di pendopo kademangan.Mereka semua menyandang senjata tajam layaknya orang akan pergi perang. Jumlah mereka seluruhnya tak kurang dari seratus orang.
Sementara di dalam rumah induk nampak beberapa orang tengah merundingkan sesuatu.
Seorang laki-laki setengah baya, tinggi kekar dan berkumis tebal nampak mondar-mandir dihadapan 5 orang lainnya yang duduk bersila diatas lantai.
"Jalak Ireng....apakah sudah ada kabar dari utusan kita ke ndalem Kadipaten...?? ", tiba-tiba lelaki itu menghentikan langkah sambil bertanya pada salah seorang yg tengah duduk di lantai itu.
Jalak Ireng, orang yang dipanggil itu adalah seorang laki-laki kurus berpakaian serba hitam segera menyahut,
"Belum kakang Jogoboyo...seharusnya mereka sudah kembali saat ini. Tapi aku sendiri belum mendapatkan warta dari adi Mahesa. Entah kenapa....."
"Empat orang pengawal kademangan yg terpilih ikut serta bersama adi Mahesa, kekuatan mereka berlima akan dapat mengatasi gangguan begal-kecu biasa. Aku juga percaya akan kemampuan Mahesa sebagai murid tunggal Kyai Penjalin.Tapi hatiku kok tidak tentram.Sebaiknya besok pagi kau kirim sepuluh orangmu untuk menyisir jalanan sampai tepian alas jati"
"Baik kakang Jogoboyo, kalau begitu biar aku siapkan mereka lebih dulu"
Ki Jogoboyo mengangguk pelan, kemudian kembali mondar-mandir sambil menggumam tidak jelas.
Jalak Ireng segera keluar menuju pendopo kademangan untuk memberikan perintah pada sepuluh orang bawahannya.
Pada saat itulah tiba-tiba terdengar derap kaki kuda dipacu kencang dikejauhan. Suaranya makin lama makin kencang membelah kesunyian malam. Nampaknya kuda itu dipacu dari arah gerbang utara kademangan dan sedang menuju ke Ndalem Kademangan.
Serentak orang-orang yg berada di pendopo segera bersiaga di halaman.
Tak lama kemudian nampak seekor kuda dipacu kencang memasuki regol kademangan.
"Adi Gajah Seto...???!!!" Jalak Ireng terlonjak kaget mengetahui si pengendara kuda itu.
Gajah Seto adalah salah satu kepala pengawal kademangan yang malam itu ditugaskan menjaga gerbang utara kademangan.
Gajah Seto dengan sigap melompat menarik kendali kuda hingga binatang itu berhenti mendadak dengan mengangkat kedua kaki depannya. Kemampuan Gajah Seto dalam menunggang kuda memang tiada duanya di kademangan ini. Lelaki pendek gempal itu segera melompat dari punggung kuda kesayangannya.
"Kakang Jalak Ireng, dimana Ki Jogoboyo...??? Ada hal penting yang harus aku laporkan...!!!!"
"Ada apa Gajah Seto...???!!" seru Ki Jogoboyo yang telah keluar dari dalam pondok kademangan diikuti empat orang lainnya.
"Ketiwasan Ki Jogoboyo....beberapa saat yang lalu, pasukan peronda yang aku pimpin menemukan tubuh kakang Mahesa tergeletak di tengah jalan tak jauh dari gerbang utara kademangan. Sekujur tubuhnya penuh dengan luka-luka senjata tajam. Kakang Mahesa tidak sadarkan diri. Aku sudah menyuruh orang-orangku untuk mengantar tubuh kakang Mahesa ke rumah Ki Jampi, dan aku sendiri langsung kesini untuk membuat laporan."
"Kurang ajarr...siapa yang telah melukai adi Mahesa...???!!
Jalak Ireng.....sekarang juga kau bawa limapuluh orang menyisir jalanan dari gerbang utara sampai tepian alas jati.
Surapati dan Tunggul Wulung, kalian ikutlah bersama Jalak Ireng...berangkatlah sekarang juga...!!!!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar