Hal 003
Malam mulai larut menuju puncaknya ketika Ki Jampi berhasil menyadarkan Mahesa. Ki Jogoboyo dan Jalak Ireng yang menunggui Mahesa di rumah Ki Jampi merasa lega.
“Adi Mahesa…katakan apa yang telah terjadi dan siapa yang telah melukaimu sedemikian parah ini..??”
“ Ughh…kakang Jogoboyo, aku berangkat melaksanakan perintahmu untuk menghadap Kanjeng Adipati Tejokusumo di kota kadipaten. Namun belum jauh dari kademangan ini, yaitu di tengah alas jati sana, rombonganku telah dicegat oleh beberapa orang bertampang sangar. Mereka langsung menyerang kami dan mengeroyok kami tanpa aku ketahui sebabnya. Maka kamipun melawan mati-matian, tapi jumlah mereka terlalu banyak. Ada tak kurang dari dua puluh orang yang mencegat kami danlangsung mengeroyok kami. Akhirnya kamipun berhasil dilumpuhkan dan dibawa ke sarang mereka yang ternyata terletak di alas jati itu. Aku tak tau siapa mereka itu, karena bangunan markas mereka terlihat masih baru. Rupanya mereka baru saja membuat markas disana. Mereka sengaja tidak langsung membunuh kami, tapi tiap hari kami disiksa dan ditanyai mengenai Keris Kyai Prenjak. Aku tidak tau wujud keris itu dan baru saja mendengar untuk yang pertama kali, maka kami jawab tidak tahu. Mereka menjadi murka dan menyiksa kami. Empat orang pengawalku mereka bunuh semua. Dan malam ini mereka melepaskan aku supaya aku bisa pulang ke kademangan dan menyampaikan pesan untuk kakang Jogoboyo.”
“Katakan apa pesan itu…??”
“Aghh…mereka bilang ; serahkan keris Kyai Prenjak atau tiga hari lagi mereka akan menyerbu ke kademangan dan akan dibuat karang abang…ughhh”
“Keparaaaattt…kurang ajar sekali mereka…!! Mahesa, sebenarnya berapa kekuatan mereka itu sehingga mau menyerbu ke kademangan…??”
“Jumlah mereka sangat banyak…..tidak kurang dari tiga ratus orang dan…dan mereka mempunyai seorang ketua yang sangat bengis…dia bernama Kelabanggeni…”
“Hah..??!! Kelabanggeni…???!!!”
Ki Jogoboyo tersentak kaget mendengar nama itu.
Jalak Ireng yang tidak tahu duduk perkaranya segera bertanya, “ Memangnya siapa itu Kelabanggeni kakang..??”
“Hhhh…Kelabanggeni adalah dedengkot rampok yang sangat ditakuti di sepanjang gugusan pegunungan kapur di selatan. Kenapa dia tiba-tiba bisa muncul disini dan meminta kita menyerahkan keris Kyai Prenjak…??”
“Siapapun dia kakang, kita harus bersiap sedia mulai sekarang. Kekuatan kita kira-kira seimbang dengan mereka kakang. Kalau kita meminta bantuan dari kademangan Rejoso, pastilah kita bisa menghalau mereka atau bahkan menghancurkan mereka.”
“Hemm …jangan menganggap enteng Kelabanggeni …ilmu kanuragannya sangat tinggi, bahkan dia juga menguasai ilmu hitam yang sangat nggegirisi. Aku sendiri tidak tau apakah bisa menghadapi dia..”
“Lalu…apa yang harus kita lakukan kakang…??”
“Mulai sekarang aturlah penjagaan ketat di seluruh pintu masuk kademangan. Kirimkan merpati pos ke Padepokan Karangnongko dan mintalah mereka mengirimkan bantuan untuk menghadapi Kelabanggeni secepatnya. Masih ada tiga hari untuk kita bersiap siaga. Tempatkan beberapa orang untuk berjaga di rumah Ki Jampi ini. Aku akan pulang dulu “
“Baik Kakang Jogoboyo…”
Jalak Ireng segera melaksanakan perintah Ki Jogoboyo itu.
Rumah Ki Jogoboyo adalah sebuah rumah joglo yang besar dan berhalaman luas. Di halaman depan tumbuh sebuah pohon beringin yang besar dan lebat, Ketika laki-laki kekar itu menaiki kudanya memasuki pelataran, empat orang penjaga rumahnya segera menghampiri “Ki Jogoboyo nampaknya telah terjadi sesuatu…?? Kami mendengar derap kaki puluhan kuda ke arah utara lalu kembali lagi…ada apa ki..??”
“Adi Mahesa telah kembali dalam keadaan luka paran…sekarang sedang dirawat oleh ki Jampi. Kalian waspadalah….besok pagi kita akan punya kesibukan besar…berjagalah kalian bergiliran saja supaya bisa beristirahat cukup…”
Ki Jogoboyo segera masuk ke rumahnya.
Tampak Nyai Jogoboyo sedang sibuk menyiapkan minuman kegemaran suaminya teh ginastel alias legi panas dan kentel….
Tanpa banyak bicara, Ki Jogoboyo menyeruput teh kegemarannya itu.
“Nyai…apakah Sadewo masih demam…??
“Tidak kakang…demamnya sudah turun setelah meminum ramuan dari Ki Jampi. Sekarang dia sedang tertidur pulas.”
“Baguslah kalau begitu. Tolong siapkan Kyai Jalu, besok pagi-pagi sekali aku akan membawanya untuk berjaga-jaga.”
Nyai Jogoboyo mengerutkan dahinya. Kyai Jalu adalah sebatang tombak pendek senjata pusaka suaminya yang telah jarang sekali digunakan. Sejak menikah dengan Ki Jogoboyo, dia hanya melihat sekali saja suaminya membawa Kyai Jalu, yaitu waktu Kademangan didatangi oleh rombongan musuh besar Ki Demang Manyuro, yaitu bekas anggota rampok yang berniat balas dendam. Waktu itu suaminya membantu Ki Demang menghalau musuh-musuh itu. Dan memang saat itu terjadi pertempuran dasyat antara kedua kelompok. Meskipun pada akhirnya Ki Demang dengan dibantu oleh Ki Jogoboyo dan para pengawal kademangan berhasil memukul mundur pada pengancau, tapi merekapun ,mengalami luka-luka yang tidak ringan. Dan hanya berkat jasa Ki Jampi yang dengan tekun merawat mereka,maka mereka bisa sembuh seperti sedia kala.
Dan kini Ki Jogoboyo bermaksud membawa Kyai Jalu, maka pastilah terjadi sesuatu yang mengerikan.
Pada saat itulah tiba-tiba terdengar suara tawa berkumandang dikejauhan. Suara tawa itu membawa perbawa yang menggidikkan dan menimbulkan rasa seram.
Ki Jogoboyo kaget sekali mendengar suara itu.
“Hah..???!! Banaspati..???!! Kenapa dia bisa muncul disini..??!!
Nyai cepat sembunyilah bersama Sadewo. Apapun yang terjadi,jangan keluar dari rumah..”
Setelah berkata demikian, Ki Jogoboyo masuk ke ruang pusaka dan keluar lagi sambil menenteng sebilah tombak pendek yang memancarkan sinar putih lembut. Itulah tombak pusaka Kyai Jalu,senjata andalannya. Kyai Jalu adalah senjata turun-temurun keluarganya yang diwarisinya dari ayahnya.
Ki Jogoboyo melangkah lebar kelaura rumah.
Di halaman rumah, empat orang pengawalnya telah bersiaga dengan golok ditangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar