Pendekar Gelandangan 022

Pendekar Gelandangan

Karya: Khu Lung

22

"Kau yakin sanggup membekuk batang lehernya?"

"Aku........"

"Aku tahu akan kepandaian silatmu, akupun tahu banyak orang kenamaan yang pernah keok di tanganmu selama ini!", kata toa-tauke.

Thi-hou tidak menyangkal, iapun tidak menunjukkan perasaan puasnya.

"Selama enam tahun ini, belum pernah kuutus Siau-yap untuk turut serta dalam suatu gerakan atau suatu operasi, karena aku sendiripun selalu menganggap bahwa ia adalah seorang manusia yang tidak memiliki kepandaian silat!", ucap toa-tauke menyengir.

"Pada dasarnya ia memang tidak memiliki kepandaian apa-apa"

"Keliru......! Keliru........! Kau keliru, akupun keliru!"

"Oya?", si macan baja kurang percaya.

"Ya, hingga hari ini aku baru tahu bahwa diapun seorang jago silat kelas satu!"

"Jago silat macam apakah dia itu?", tidak tahan Thi-hou bertanya, "Toa-tauke pernah menyaksikan ia mempergunakan goloknya?"

"Ya, hari ini aku baru menyaksikan sendiri, kepandaiannya mempergunakan golok jauh lebih bagus dari kepandaian golok manapun yang pernah kujumpai selama ini!"

......Mata golok baru saja berkelebat, separuh telinga Kim Lan-hoa telah tersayat kutung menjadi dua.

"Bukan cuma cepat saja gerakan goloknya, lagi pula sangat tepat dan mantap, tapi hingga kini dia selalu menyembunyikan kepandaian lihaynya itu, mungkin saja hingga kini dia masih menganggap aku tidak mengetahuinya"

Sesudah tersenyum, kembali ujarnya:

"Tapi diapun keliru besar, sekalipun aku tak pernah makan daging babi, paling tidak aku toh pernah menyaksikan babi yang sedang berjalan"

Senyumannya masih begitu tenang, begitu santai, seolah-olah tak pernah terjadi sesuatu apapun.

Thi-hou mulai gusar, agak kesal ia setelah mendengar kata-kata tersebut, katanya kemudian:

"Aku bukannya tak pernah bertemu dengan orang yang pandai mempergunakan golok!"

"Aku tahu jago-jago lihay yang berasal dari Ngo-hou-toan-bun-to (Golok sakti panca harimau pemutus nyawa), Ban Sin-to, Jit Ciau-to dan Tay-heng-kuay-to, semuanya pernah keok di tanganmu, paling tidak jumlahnya telah mencapai dua sampai tiga puluh orang lebih"

"Ya, termasuk Hui-long-to (Golok serigala terbang) Kang Tiong yang ku bekuk hari ini, jumlahnya persis mencapai tiga puluh orang"

"Akupun tahu bahwa kau pasti masih sanggup untuk melenyapkan dari muka bumi!"

"Setiap waktu setiap saat aku sanggup melaksanakan tugas ini!"

"Tapi sekarang masih belum perlu!"

"Mengapa?"

"Sebab aku tahu paling tidak hingga kini ia masih belum berniat untuk menghianati diriku"

"Bila harus menunggu sampai toa-tauke mengetahui hal ini, aku kuatir waktu itu keadaan sudah terlalu lambat!"

"Tidak, tidak mungkin terlalu terlambat!"

"Kenapa?"

"Sebab diapun seorang pria, bagaimanapun macam pria tersebut, biasanya ia tak akan sanggup menyimpan rahasia hatinya, apabila berada di hadapan perempuan yang disukainya"

Di atas meja kecil terletak sebuah pot bunga, dalam pot ada beberapa kuntum bunga, dipetiknya sekuntum lalu diciumnya sebentar, kemudian katanya kembali:

"Jika perempuan itu cukup pintar, dan lagi seringkali berada di sisi pembaringannya, maka sekalipun tidak ia katakan, perempuan itupun akan mengetahuinya juga"

"Masa ada perempuan yang disukainya?"

"Tentu saja ada!"

"Siapa?"

"Ki-ling!"

Toa-tauke tahu bahwa Thi-hou pasti tidak kenal siapakah Ki-ling tersebut, maka ia menjelaskan lebih jauh:

"Ki-ling adalah perempuan yang mempunyai tahi lalat pada ujung bibirnya dan kubawa pulang dari Chin-hui-ho itu"

Thi-hou memang bukan termasuk orang bodoh, ia segera paham:

"Oh, dan dia pula perempuan yang sedang menantinya tidur pada malam nanti di atas pembaringannya!"

Toa-tauke tersenyum, ia tahu dia telah membuat Thi-hou memahami dua persoalan.

......Toa-tauke adalah seorang manusia yang tidak gampang dihadapi, ia tak akan mengijinkan orang lain membohonginya.

......Orang yang benar-benar dipercayai toa-tauke dan betul-betul menjadi orang kepercayaannya hanya Thi-hou seorang.

Ia tahu hanya mengandalkan dua hal tersebut sudah cukup untuk memperoleh imbalan berupa kesetiaan Thi-hou terhadapnya.

Sambil tersenyum ia memejamkan matanya, diam-diam Thi-hou telah mengundurkan diri, ia percaya si harimau baja ini pasti mempunyai akal bagus untuk menghadapi A-kit.

Selain itu diapun tahu bahwa Thi-hou pasti pergi menjumpai Thi-jiu (tangan baja) A-yong untuk menanyakan cara apa yang telah dipergunakan A-kit.

Di kala mengerjakan tugas lain, meskipun orang ini seringkali menunjukkan sikap serta cara kerja yang gegabah dan sembrono, akan tetapi bila bertemu dengan musuh yang tangguh dan lihai, maka ia akan berubah jauh lebih cerdik, jauh lebih cekatan dari siapapun jua.

Sejak angkat nama pada sepuluh tahun berselang, jarang sekali korbannya bisa lolos dalam keadaan selamat.

Walaupun toa-tauke sedang memejamkan matanya, seakan-akan ia menyaksikan A-kit roboh terkapar di ujung pedang Thi-hou dan sedang bermandikan darah kental sendiri.

ooooOOOOoooo

Bab 9. Duel

Ruangan itu nyaman dan bersih.

Toa-tauke tak pernah menelantarkan atau mencemooh anak buahnya, A-yong pun belum kehilangan nilai keseluruhan dari kepentingannya untuk melaksanakan suatu tugas.

Hanya saja tangannya masih dibalut, apalagi sakitnya setengah mati.

Sewaktu Thi-hou masuk ke dalam ruangan, ia sedang berbaring di atas pembaringan, ia berharap Han toa-nay-nay bisa mencarikan seorang perawan baginya untuk menghilangkan kekesalannya selama ini.

Tapi dia tahu, orang yang masuk ke dalam kamarnya sekarang pastilah Thi-hou.

Selamanya hanya Thi-hou seorang yang berani memasuki kamarnya tanpa mengetuk pintu lebih dulu.

Kendatipun ia merasa sangat tidak puas terhadap sikapnya ini, namun ketidak puasannya itu tidak pernah diutarakan kepada siapapun.

Ia membutuhkan seorang sahabat macam Thi-hou, terutama dalam keadaan seperti ini, teman semacam itu lebih-lebih lagi dibutuhkan, kendatipun demikian, seandainya Thi-hou mati, diapun tak akan melelehkan setitik air matapun.

Dengan pandangan tajam Thi-hou mengamati tangannya yang dibungkus rapat oleh kain putih itu, kemudian sambil mengernyitkan dahi tegurnya:

"Parahkah lukamu itu?"

A-yong hanya bisa tertawa getir.

Tentu saja luka yang dideritanya amat parah, bahkan mungkin lengannya tak bisa dipergunakan lagi selamanya, tapi tentang soal ini, dia harus merahasiakan sebaik-baiknya.

Ia tahu toa-tauke tak akan memelihara seorang manusia tak berguna yang sudah tak ada harapannya dalam suatu jangka waktu yang lama.

"Siapakah yang telah melukaimu?", Thi-hou mulai membuka pembicaraan.

"Ia mengatakan dirinya bernama A-kit, A-kit yang tak berguna!"

"Tapi ia telah melukai dirimu, membinasakan Toa-kang!"

A-yong tertawa getir.

"Mungkin ia tak berguna dalam hal lain, tapi ilmu silatnya jelas sangat berguna"

"Dengan benda apakah ia melukai dirimu?"

"Dengan apa lagi? Tentu saja menggunakan tangannya!"

Sebenarnya dia ingin mengatakan dilukai dengan sebuah benda yang terbuat dari besi, tapi ia tak berani berbohong, sebab masih terdapat banyak orang yang menyaksikan peristiwa tersebut dengan mata kepalanya sendiri ketika itu.

Sepasang alis mata Thi-hou yang tebal berkernyit semakin kencang.

Ia tahu ilmu silat A-yong terutama dalam hal telapak tangan bajanya mempunyai kesempurnaan yang meyakinkan.

Bukan suatu pekerjaan yang gampang bila seseorang ingin melukai telapak tangan bajanya hanya mempergunakan tangan telanjang.

"Aku tahu kau pasti ingin bertanya kepadaku ilmu slat apakah yang telah ia gunakan?", kata A-yong.

Thi-hou mengakuinya, sebab ia memang bukan datang untuk menjenguk si sakit.

"Sayang aku sendiripun tidak tahu, ilmu silat dari aliran manakah yang telah ia pergunakan"

Hawa gusar memancar keluar lewat sorot mata Thi-hou, katanya:

"Sudah hampir dua-tiga puluh tahun kau melatih ilmu silatmu, tidak sedikit pula manusia yang telah kau bunuh, selama dalam dunia persilatan reputasimu cukup baik, tapi sekarang orang lain telah menghajarmu sedemikian rupa, sebaliknya kau malah tidak tahu dengan ilmu silat apakah orang melukai dirimu"

"Serangannya terlampau cepat, hingga sulit diikuti dengan pandangan mata.....", keluh A-yong.

Thi-hou tertawa dingin, tiba-tiba ia mencengkeram tangan A-yong yang terluka dan melepaskan kain pembalut tangannya itu.

"Hei, mau apa kau?", A-yong segera menegur dengan paras muka berubah hebat.

"Aku ingin memeriksanya"

A-yong segera tertawa paksa.

"Sebuah lengan yang sudah rusak, masa ada yang menarik untuk dilihat.....?", katanya.

"Ada!"

"Menurut tabib dari Ciang-po-thong, mereka telah membalutkan tanganku ini sebaik-baiknya, ia minta kepadaku agar dalam dua hari ini jangan sekali-kali menyentuhnya"

"Aaaahhh.....! Telur busuk maknya!", damprat Thi-hou.

Terpaksa A-yong menutup kembali mulutnya, sebab kain pembalut yang membalut tangannya kini sudah terlepas semua.

Menyaksikan telapak tangannya itu, paras muka Thi-hou ikut berubah hebat.......

Telapak tangan baja yang pernah dilatih selama hampir dua puluh tahun, kini boleh dibilang sudah hancur remuk dan tak ketolongan lagi....

Tangan itu jelas dihancurkan dengan hanya menggunakan tiga batang jari tangan, sebab pada punggung tangannya masih tertinggal tiga bekas jari tangan yang berwarna semu hitam.

....Ilmu silat apakah yang sesungguhnya dilatih oleh A-kit yang tak berguna?

Tiba-tiba Thi-hou menghela napas panjang, ujarnya:

"Bagaimanapun juga, kita masih terhitung bersahabat!"

"Ya, sejak dulu sampai sekarang kita memang bersahabat!", A-yong menimpali sambil tertawa paksa.

"Sebab itu kau tak usah kuatir, aku tak akan memberitahukan peristiwa ini kepada siapapun"

"Peristiwa apa?", suara tertawa A-yong kedengaran makin dipaksakan.

"Sejak kini tanganmu sudah cacad seumur hidup dan tak bisa dipakai lagi........"

Senyuman A-yong segera membeku, kelopak matanya menyusut dan wajah wajahnya berubah menjadi pucat pias.

"Sayangnya, sekalipun aku telah merahasiakan peristiwa ini bagimu, cepat atau lambat toa-tauke pasti akan mengetahuinya juga, sebab itu..........lebih baik susunlah rencana baru untuk menghadapi kehidupanmu di masa mendatang........!"

A-yong tertunduk lemas, tiba-tiba ia berteriak dengan suara lantang:

"Aku masih tetap dapat membunuh orang bagi toa-tauke walaupun hanya mempergunakan tangan sebelah!"

Thi-hou tertawa dingin.

"Membunuh manusia macam apa? Membunuh manusia yang lebih tak berguna daripada dirimu?"

Dari sakunya dia ambil keluar setumpuk uang kertas, lalu tanpa dihitung lagi diangsurkan ke hadapan A-yong, katanya:

"Cepat atau lambat uang ini pasti kau butuhkan, baik-baiklah kau simpan dan tak usah digunakan terlalu royal"

Selesai mengucapkan kata-kata itu, tanpa berpaling lagi ia keluar dari ruangan tersebut.

ooo)O(ooo

Ketika Tiok Yap-cing masuk ke ruangan, uang kertas itu masih tergeletak di atas pembaringan.

A-yong masih memandang tumpukan uang kertas itu dengan mata mendelong dan wajah termangu.

"Aku datang khusus untuk menengok keadaan penyakitmu", kata Tiok Yap-cing dengan lembut, "secara kebetulan juga kudengar pembicaraan kalian"

"Kau telah mendengarnya? Itu memang lebih baik!"

"Bagaimanapun juga ia memang masih cukup baik sikapnya kepadamu......", Tiok Yap-cing menambahkan.

"Ya, ia memang bersikap baik kepadaku, bahkan baik sekali, maka dia suruh aku menyimpan baik-baik tumpukan uangnya itu"

Tiba-tiba ia tertawa tergelak:

"Haaaahhhhh......haaaahhhhh.....haahhhh......disimpan untuk apa? Memangnya aku akan pergunakan sedikit uang busuknya itu untuk berdagang kecil-kecilan? Atau membuka sebuah kedai kecil penjual daging sapi?"

Seperti orang gila ia tertawa terbahak-bahak, tiba-tiba disambarnya uang di pembaringan itu dan dibantingnya keras-keras di atas tanah.

Kemudian ia menjatuhkan diri ke atas pembaringan dan menangis tersedu-sedu.

Tiok Yap-cing cukup memahami perasaannya ketika itu, ia membiarkannya menangis sekian lama, kemudian baru berbisik dengan lembut:

"kau tak usah kuatir, baik-baiklah merawat lukamu, apapun yang bakal terjadi, aku pasti akan carikan akal bagimu untuk menghadapinya"

ooo)O(ooo

Toa-tauke memejamkan matanya, ia menerima semangkuk kuah jinsom dari sebuah tangan yang hangat, halus dan lembut.

Pelan-pelan ia menghirup kuah tersebut dua tegukan, lalu bertanya:

"Di mana Ki-ling?"

"Sudah pergi ke tempat tinggalnya Yap-sianseng!"

"Apakah Yap sianseng telah melakukan......?"

"Ya, mereka telah mengadakan hubungan satu kali!"

Toa-tauke tersenyum.

Ia percaya Tiok Yap-cing tak akan berani membangkang perintahnya, perintah apapun yang diturunkan Toa-tauke kepada seseorang, belum pernah ada yang berani membangkangnya.

Maka Toa-tauke kembali bertanya:

"Di mana Thi-hou?"

"Ia sedang keluar!"

"Tidak bilang mau kemana?"

"Katanya dia akan menengok A-yong, tapi sekarang mungkin ia sedang menuju ke gedungnya Han toa-nay-nay!"

Toa tauke mengerutkan dahinya, tapi dengan cepat ia mengerti maksud dan tujuannya melakukan tindakan tersebut.

Tentu saja ia bukan pergi mencari perempuan.

........Ketika A-kit muncul dalam kota untuk pertama kalinya, ia muncul di gedung milik Han toa-nay-nay. Untuk menyelidiki asal usul A-kit, tentu saja ia harus mencari Han toa-nay-nay, sebab paling tidak apa yang diketahuinya tentang A-kit akan jauh lebih banyak bila dibandingkan orang lain.

Ia biasa berpikir sampai ke situ, hal ini membuktikan bahwa persiapan yang dilakukan Thi-hou jauh lebih teliti dan sempurna dibandingkan sebelumnya.

Maka tertawa toa-tauke pun jauh lebih cerah, jauh lebih riang..........

Sekarang setiap persoalan telah berada di bawah pengaruhnya, setiap orang telah berada dalam cengkeramannya.

Perduli siapapun yang berani mengganggunya, perduli siapapun berani membohonginya, jangan harap mereka dapat lolos dari hukumannya.

Hukuman yang ia jatuhkan selamanya adil, tapi cukup mengerikan.

ooo)O(ooo

Thi-hou duduk di hadapan Han toa-nay-nay sambil menatap matanya tajam-tajam, ketika ia merasa bahwa sinar mabuk yang terpancar keluar dari matanya sudah jauh berkurang, pelan-pelan ia baru berkata:

"Kau seharusnya tahu kenapa aku datang kemari?"

Han toa-nay-nay memicingkan sepasang matanya sehingga tinggal satu garis, sahutnya:

"Aku tahu tugas yang kau kerjakan kali ini cukup payah, kebetulan saja aku menerima kiriman barang baru diantaranya ada seorang masih asli dan orisinil!"

"Aku bukan datang untuk mencari perempuan!"

"Oh, jangan-jangan selera Hou-toaya belakangan ini sudah mengalami perubahan dan kau ingin mencari orang lelaki untuk mencicipinya!"

Paras muka Thi-hou berubah membesi, katanya dengan dingin:

"Jika kau masih mabuk, aku mempunyai cara untuk membuatmu menjadi sadar kembali!"

Senyuman yang menghiasi ujung bibir Han toa-nay-nay segera berubah membeku.

"Sekarang apakah kau sudah sadar kembali?", tegur Thi-hou kemudian.

"Ya!"

"Sekarang tentunya sudah kau ketahui siapakah yang sedang kucari?"

"Orang yang sedang kau cari pastilah A-kit, A-kit yang tak berguna!"

"Konon ia pernah bekerja di sini dan keluar dari tempat ini...........!"

"Ya, ia memang pernah mengendon beberapa waktu di tempatku ini!"

"Ia datang darimana?"

"Siapapun tidak ada yang tahu dari mana dia berasal, ketika sampai di sini ia sudah mabuk hebat, ia mabuk sampai beberapa hari lamanya dan dalam keadaan tidak sadar"

Thi-hou menatapnya tajam, menatap hingga ia merasa bahwa perempuan itu bukan lagi berbohong, pertanyaan baru dilanjutkan:

"Secara bagaimana kau telah menerimanya bekerja di sini?"

"Aku menerimanya lantaran ia tak punya uang untuk membayar rekening, dan lagi kelihatannya ia cukup mengibakan hati orang!"

"Ditambah lagi ia masih muda, tampangnya cakep lagi!", sambung Thi-hou menyindir.

Agak merah jengah selembar wajah Han-toa-nay-nay, serunya dengan cepat:

"Sekalipun dia tampan, tapi aku sama sekali tidak mempunyai hubungan apa-apa dengannya"

"Ya, tentu saja tiada hubungan sebab ia sama sekali tidak tertarik kepadamu!"

Han toa-nay-nay menghela napas panjang.

"Aaaai......jangankan aku, perempuan yang lebih cantik dan bahenolpun tidak merangsang gairahnya, ia sepertinya tidak tertarik sama sekali oleh perempuan macam apapun"

"Selama berada di sini pekerjaan agak istimewa apakah yang pernah ia lakukan?", kembali Thi-hou bertanya.

Setiap pertanyaan ia ajukan dengan amat cepat, ini menunjukkan bahwa sebelumnya semua pertanyaan tersebut telah disusun olehnya secara cermat dan teliti.

Namun Han-toa-nay-nay mau tidak mau harus memikirkan dahulu sebelum menjawab, karena ia tahu hanya sepatah kata saja salah berbicara maka akibatnya akan mempengaruhi selembar jiwanya sendiri.

Tidak ada komentar: